Beragam Kebudayaan di Kalimantan Hampir Punah, IKN Terbangun dengan Harapan Bhinneka-nya
JAKARTA - Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) tidak lepas dari peran serta masyarakat lokal, termasuk masyarakat adat di Kalimantan Timur (Kaltim).
Deputi Bidang Sosial, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat (Sosbudpenmas) Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) Alimuddin menilai hal tersebut.
"Peran serta masyarakat Kaltim sangat dibutuhkan dalam pembangunan IKN," kata Alimuddin seperti dilansir dari nusantaraterkini.co pada Minggu (12/11/2023).
Apalagi, katanya, Kaltim merupakan provinsi dengan budaya, adat dan suku yang sangat beragam. Mulai dari suku asli Kalimantan seperti Banjar, Kutai, dan Dayak yang beragam jenisnya.
Sampai luar Kalimantan seperti Bugis, Batak, Jawa dan lainnya. Bentuk budaya seperti bahasa dari beberapa suku lokal bahkan sudah ada yang terancam punah.
Itulah, sambungnya, kenapa sangat penting untuk membangun komunikasi dengan masyarakat adat Kaltim untuk terlibat serta dalam pembangunan IKN.
"Kami mengupayakan budaya. Itu karena, kita akan kedatangan banyak orang dan banyak budaya yang akan masuk ke IKN. Kalau kita tidak dekatkan, nanti budaya akan tergerus," ujarnya.
Alimuddin melihat pembangunan IKN tidak dapat lepas dari kebudayaan. Karena, sambungnya, kebudayaan Nusantara ini satu-satunya yang berasal dari Kalimantan.
Ia berharap, sebagai tuan rumah IKN, warga lokal harus solid sehingga nantinya mereka akan jadi perekat budaya di Kalimantan Timur ini.
Tapi, katanya, IKN bukan hanya milik Kaltim semata, melainkan milik Indonesia.
"Budaya lokal Kalimantan ini bagian dari budayanya Kaltim. Terlebih seperti sekarang, Kaltim tidak bisa lepas dari sejarah, termasuk budaya Jika ada yang tidak sesuai, maka kita berusaha eliminir. Kita kembalikan seperti semula. Budaya jadi wahana pembauran sosial," akunya.
Budaya yang Terancam Punah di Kaltim
Dikatakannya, apabila antara budaya dan pembauran berjalan baik, ia mengaku itu akan berdampak baik terhadap pembangunan IKN. Maka, sambungnya, proses pembangunan akan lancar. "Saya percaya, masyarakat Kaltim akan menunggu hal ini," terang Alimuddin, Minggu (12/11/2023).
Ia mengaku berdasarkan penelitian dari Balai Bahasa Kaltim, menyatakan Paser sebagai satu suku di Kaltim yang bahasanya terancam punah.
Maka dari itu, walaupun pemerintah daerah sudah melakukan muatan lokal di setiap sekolah, ternyata itu tidak cukup efektif.
Diakuinya, penerapan muatan lokal seperti bahasa daerah merupakan momen yang dapat menghangatkan.
"Penerapan muatan lokal bahasa daerah ini memang dapat menghambat dari kepunahan. Namun harusnya bahasa ini dihidupkan kembali di masing-masing rumah sebagai bahasa ibu," ujarnya.
Karena, katanya, kalau tidak nanti jadi cerita saja. "Maka dari itu, para pelaku budaya harus bersama kita, stakeholder jadi satu," harapnya. (*)
Sumber Nusantaraterkini.co